Sabtu, 15 Agustus 2009

Pertemuan Akhir untuk EGC








Proses Pelatihan EGC yang terdiri dari 2 pertemuan dilanjutkan dengan pertemuan region dan sebuah distance course ini, diakhiri di Puntondo, Makasar pada tanggal 11-13 Juli 2009.

Di pertemuan akhir ini dibahas tentang hasil pertemuan region. Dimana pertemuan region dibuat untuk mensosialisasikan EGC kepada teman lain oleh para peserta EGC yang mengikuti pelatihan ini dari awal.

Dan dalam pertemuan ini juga peserta membuat konsep EGC Indonesia dengan tujuan agar lebih mudah diadaptasi di Indonesia. Diperjelas juga tentang CANON Indonesia, sebagai pengetahuan yang akan diberikan dalam konsep EGC Indonesia

Pertemuan Region Sulawesi untuk EGC







Peserta: 10 orang
Materi:
- Critical thingking
- Pembelajaran aktif
- Perkembangan pendidikan
- Wacana EGC

Pertemuan Region Banus untuk EGC








Peserta 12 orang
Materi:
- Critical thingking
- Pembelajaran aktif
- Perkembangan pendidikan
- Wacana EGC


Pertemuan Region Jawa untuk EGC




Peserta 13 orang

Materi:

- Critical thingking
- Pembelajaran aktif
- Perkembangan pendidikan
- Wacana EGC


Pertemuan Kedua Pelatihan EGC


Pertemuan Kedua EGC yang masih dilaksanakan di Pasuruan pada tanggal 20-26 Februari 2009, menekankan pada Komponen EGC.
Dan peserta diajak untuk menghubungkan visi dan misi organisasi mereka dalam menerapkan EGC, dengan tujuan untuk memahami apakah EGC ini benar-benar dibutuhkan dan bagaimana mengadaptasinya.
Dalam pertemuan kedua ini juga dibuat CANON Indonesia. CANON adalah tema-tema yang merupakan pengetahuan yang perlu untuk menjadi seorang warga dunia (Global Citizenship).

Petemuan Pertama Pelatihan “Pendidikan Untuk Kewarganegaraan Dunia (Education for Global Citizenship-EGC)”



Pelatihan awal ini merupakan rangkaian dari Pelatihan EGC. Dimana pertemuan pertama yang dilaksanakan di Pasuruan pada tanggal 30 November-4 Desember 2009 ini untuk mengenalkan wacana dan perkembangan pendidikan.
Pelatihan ini merupakan Kerjasama dari Oxfam Novib, Zirkon dan Organisasi Benih Matahari, dimana difasilitasi oleh Madeleine Vreeburg (Direktur Zirkon) dan Maria Mumpuni Purboningrum (Kordinator BIMAesw).

Proses pelatihan EGC awal dimulai dengan mengenalkan konsep pendidikan yang berkembang di dunia. Dan peserta diajak untuk membedakan masing-masing konsep tersebut. Setelah itu mulai dikenalkan tentang Konsep EGC itu sendiri. Dalam proses juga dikritisi tentang pentingnya EGC diterapkan di Indonesia, sehingga kita tidak hanya mengikuti tapi perlu proses adaptasi dalam penerapannya.

Perkembangan Pendidikan untuk Keberlanjutan

Di tingkat internasional, model-model pendidikan yang bertujuan untuk kehidupan berkelanjutan berkembang terus menerus. Karena itu, BIMAesw melihat bahwa kita perlu sekali memiliki kemampuan untuk mengikuti perkembangan tersebut, mengkritisi, dan mengadaptasikan jika dirasakan perlu untuk diterapkan di proses pendidikan yang sedang berjalan.
Model-model tersebut tidak berdiri sendiri, namun sebagai bagian perkembangan dari model pendidikan yang sedang berjalan. Hal ini menjadi catatan penting.
Sehingga perlu juga kita belajar bagaimana mengelola perubahan pada proses pembelajaran.

Program Perkembangan Pendidikan untuk keberlanjutan ini terdiri dari 2 pelatihan di Pusat Pendidikan Alam dan Budaya (PPAB) Kaliandra Sejati, dan 2 kursus jarak jauh (distance course) dari bulan Desember 2008 – Mei 2009. Pelatih dan fasilitator distance course adalah Madeleine Vreeburg dari lembaga Zirkon di Belanda, serta diikuti 23 peserta dari 10 provinsi di Indonesia.

Kegiatan terakhir program ini adalah pertemuan Region yang membahas penyebaran pengetahuan dan kemampuan baru ini.

Pada pelatihan ini dibahas Education for Global Citizenship (EGC), model pendidikan yang menjadi tulang punggung kurikulum pendidikan formal di Inggris sejak 2002, dan sedang dipelajari untuk diterapkan di Belanda.

Pelatihan Pembelajaran Aktif di P. Tomia/Kepulauan Wakatobi

Guru-guru di Kepulauan Wakatobi telah menjalankan Pendidikan Lingkungan dan KOnservasi laut sebagai salah satu muatan lokal di SD dan SMP. Namun mereka merasa kurang mendapatkan referensi dalam metode pengajaran materi-materi lingkungan dan konservasi kelautan. Metode pembelajaran aktif dimana anak bergerak secara fisik seperti bermain, akan membuat anak-anak senang untuk belajar. KOndisi yang menyenangkan akan membuat otak dapat menyerap materi pelajaran.
Selain itu, interaksi dengan alam secara langsung akan menstimulasi perkembangan otak, sehingga akan lebih banyak proses pembelajaran yang diserap.

Para guru menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti proses pelatihan yang diadakan di Pulau Tomia(kepulauan Wakatobi) pada bulan Agustus 2009, karena mereka mempraktekkan langsung metode-metode yang diperkenalkan. Dan mereka mengembangkan sendiri pada isu kelautan yang sudah mereka miliki turun temurun dan materi pelajaran.

Kondisi lingkungan yang berbentuk kepulauan, terdiri dari beberapa pulau dan ada kampong yang berdiri diatas fondasi karang di atas laut, menyebabkan akses transportasi yang agak sulit karena bergantung pada kondisi alam.
Hal ini juga mempengaruhi penyebaran informasi yang sangat dibutuhkan oleh para guru.

Lokakarya Lintas Pelajaran PLH pada Materi Pembelajaran

Ibu Noor Indrastuti dari BalitBang DIkNas Jakarta menjelaskan cara memngembangkan lintas pelajaran dengan tema-tema lingkungan sesuai dengan kurikulum yang sedang berjalan. Materi ini menjadi salah satu sesi yang diberikan pada Lokakarya Lintas Pelajaran sebagai Penerapan Pendidikan Lingkungan yang diadakan oleh BIMAesw di Surabaya pada bulan Maret 2009.

Kegiatan ini diikuti oleh guru-guru dari Kendari, Probolinggo, Lamongan, Bojonegoro, Gresik, dan dari Surabaya tentunya.

Dengan beban materi yang banyak pada kurikulum, lintas pelajaran menjadikan salah 1 alternatif menjalankan PLH sehingga tidak perlu menambah materi karena materi lingkungan sudah ada di sebagian besar mata pelajaran. Dan perlu dikembangkan metode penyampaian yang aktif dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga terjadi perubahan perilaku anak terjadi tahap demi tahap.

Lintas pelajaran yaitu suatu tema yang dikaitkan dengan beberapa materi di mata pelajaran. Hal ini akan menunjukkan keterkaitan antar mata pelajaran juga. Berbeda dengan integrasi Pendidikan lingkungan pada mata pelajaran. Integrasi tidak menuntut adanya keterkaitan antar mata pelajaran.